Lintaskontainer.co.id – Insiden 100 kontainer durian asal Thailand yang ditolak karena terdeteksi mengandung pewarna kimia berbahaya. Otoritas Bea Cukai China (GACC) menemukan jejak pewarna Basic Yellow 2 (BY2) pada durian yang dikirim dari Thailand.
Proses pengiriman durian tersebut terjadi sebelum tanggal 10 Januari 2025 untuk menyambut perayaan tahun baru Imlek 2025 di China.
Menjelang perayaan Tahun Baru Imlek 2025, di mana permintaan durian di China biasanya meningkat tajam. Kerugian akibat penolakan ini diperkirakan mencapai Rp 240 miliar.
Baca Juga
Pemotor Tewas Terlindas Truk Kontainer
Buah yang hendak dikirim ke “Negeri Tirai Bambu” itu pun telah dikembalikan ke “Negeri Gajah Putih”.

“China saat ini secara acak akan memeriksa lebih dari 50 persen pengiriman durian dari Thailand, Vietnam, dan Malaysia, dengan proses yang memakan waktu hingga tujuh hari,” ujar GACC, dilansir dari;LintasKontainer.co.id
Pemeriksaan laboratorium dilakukan guna menguji durian-durian impor tersebut. Dengan ini, proses impor durian bisa jadi akan tertunda di pos masuk China dalam beberapa hari.
Durian tersebut dijual di pasar lokal dengan harga yang lebih rendah dibandingkan seharusnya.
Sebelumnya, durian Thailand dihargai sekitar 230-240 baht atau Rp 110.000-Rp 150.000 per kg.
Namun, karena adanya pengembalian ekspor dari China, harga durian di Thailand mencapai titik terendah yakni 110-120 baht (sekitar Rp 52.500-Rp 57.500).
Baca Juga
Kericuhan Sopir Truk dan Demo di Tanjung Priok
Yang menambah kekacauan adalah dengan lebih dari 50% pengiriman kini menjalani pengujian, simpanan tersebut mengancam kelangsungan ekspor di masa depan.
Peraturan ini menjadi perhatian pemerintah Thailand. Pasalnya, insiden ini turut mempengaruhi harga durian Thailand di pasaran.