Pelabuhan

Laut Penuh Ubur-Ubur! Fenomena Langka Hiasi Pelabuhan Mayangan

27
×

Laut Penuh Ubur-Ubur! Fenomena Langka Hiasi Pelabuhan Mayangan

Share this article
Laut Penuh Ubur-Ubur! Fenomena Langka Hiasi Pelabuhan Mayangan
Laut Penuh Ubur-Ubur! Fenomena Langka Hiasi Pelabuhan Mayangan

Lintaskontainer.co.id, Probolinggo, 15 Mei 2025 – Perairan Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan, Kota Probolinggo, Jawa Timur, kembali diramaikan fenomena langka dengan kemunculan jutaan ubur-ubur, menciptakan pemandangan menakjubkan sekaligus menantang bagi warga setempat.

Fenomena tahunan ini, yang terjadi sejak awal Mei 2025, menghiasi permukaan laut dengan ubur-ubur berwarna putih, biru, dan bintik kecoklatan, menarik perhatian wisatawan dan warga.

Laut Penuh Ubur-Ubur! Fenomena Langka Hiasi Pelabuhan Mayangan
Laut Penuh Ubur-Ubur! Fenomena Langka Hiasi Pelabuhan Mayangan
Baca Juga

Tragis! Bayi Gajah Tewas Ditabrak, Induknya Menjaga 5 Jam di Malaysia

Menurut Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo, Hari Pur Sulistiono, kemunculan ubur-ubur ini terkait perubahan suhu air laut saat peralihan musim hujan ke kemarau.

“Ubur-ubur menyukai air hangat, biasanya muncul saat angin timur bertiup pada April hingga Mei, lebih awal dari puncak Oktober-November,” ujarnya. Fenomena ini, meski rutin, tetap dianggap unik karena jumlahnya yang sangat banyak.

Baca Juga

Ekspor 7 Kontainer Resmi Dibuka! Lamongan Exportiva II Siap Guncang Pasar Global

Keberadaan ubur-ubur ini menjadi hiburan bagi warga, namun juga mengganggu aktivitas nelayan dan pemancing. Nelayan seperti Hambali mengeluhkan penurunan hasil tangkapan karena ikan menjauh dari kawanan ubur-ubur. “Jaring kami penuh ubur-ubur, bukan ikan,” katanya. Wisatawan yang biasa berendam di Pantai Mayangan untuk terapi juga terpaksa menunda aktivitas karena sengatan ubur-ubur dapat menyebabkan gatal.

Meski demikian, ubur-ubur ini membawa berkah bagi sebagian warga. Di Desa Banjar Sari, nelayan seperti H. Mustofa mengolah ubur-ubur untuk diekspor ke Tiongkok dan Jepang sebagai bahan makanan. Akademisi dari Universitas Brawijaya, Dewa Gede Raka Wiadnya, menyebut ledakan populasi ubur-ubur bisa jadi tanda ketidakseimbangan ekosistem akibat perubahan iklim dan pencemaran. Warga diimbau berhati-hati agar tidak tersengat, sementara fenomena ini diprediksi berlangsung hingga puncak musim kemarau.