Lintaskontainer.co.id – Program Tol Laut yang diinisiasi oleh Kementerian Perhubungan bertujuan untuk mengurangi disparitas harga bahan pokok di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) menyatakan bahwa program ini telah membawa dampak positif terhadap penurunan harga bahan pokok penting di wilayah tersebut.
Perkembangan Program Tol Laut
Peningkatan Jumlah Trayek dan Pelabuhan
Sejak diluncurkan pada tahun 2015, Program Tol Laut mengalami perkembangan signifikan. Jumlah trayek meningkat dari 3 menjadi 39 pada tahun 2024. Selain itu, jumlah kapal yang beroperasi bertambah dari 3 menjadi 39 unit, dan pelabuhan singgah meningkat dari 11 menjadi 114 pelabuhan.
Peningkatan Muatan Balik
Salah satu indikator keberhasilan program ini adalah peningkatan muatan balik. Pada tahun 2020, muatan balik mengalami kenaikan sebesar 147 persen. Hal ini membuka peluang usaha baru bagi pengusaha daerah yang sebelumnya kesulitan dalam distribusi barang.
Dampak terhadap Harga Bahan Pokok
Penurunan Harga di Berbagai Wilayah
Terbukti menekan harga barang kebutuhan pokok di wilayah 3T. Penurunan harga yang terjadi antara lain:
- Kabupaten Rote Ndao: Harga bahan pokok seperti daging ayam, minyak goreng, telur, dan beras turun sebesar 11-20 persen.
- Kabupaten Tidore: Harga barang kebutuhan pokok turun sebesar 14 persen.
- Kabupaten Fakfak: Penurunan harga mencapai 10 persen.
Efisiensi Distribusi Logistik
Dengan adanya Tol Laut, distribusi logistik menjadi lebih efisien dan merata ke seluruh Indonesia. Hal ini membantu masyarakat di daerah terpencil untuk mendapatkan bahan pokok dengan harga lebih terjangkau.
Kesimpulan
Program Tol Laut telah berkontribusi dalam menurunkan harga bahan pokok di daerah 3T serta meningkatkan efisiensi distribusi logistik di Indonesia. Peningkatan jumlah trayek, pelabuhan singgah, dan muatan balik menunjukkan bahwa program ini semakin efektif dalam mengurangi ketimpangan harga antarwilayah.